.

Inovasi Teknologi Balitbang PUPR untuk Masyarakat

Juli 2016 lalu masih menyisakan memori kelam. Kala itu, kemacetan panjang mendera kala sebagian warga bakal merayakan Hari Raya Lebaran. Pintu keluar tol arah Brebes menjadi saksi pengendara yang harus berebut udara bersih dengan timbunan asap knalpot dan panas mesin kendaraan.

Para pengendara terjebak selama puluhan jam di sepanjang jalur tol yang mengarah keluar di pintu Brebes Timur (Brexit). Tidak mengherankan jika kemacetan ini disebut sebagai kemacetan terburuk sepanjang sejarah mudik.

Banyak hal yang bisa dijajal untuk mengatasi masalah macet. Salah satunya ialah upaya Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang terus menggenjot hasil penelitian untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat.

"Balitbang memang kami dorong untuk terus melakukan inovasi teknologi, ada beberapa temuan yang saat ini kita coba," terang Menteri PUPR Basuki Hadimuldjono di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Puslitbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Kementerian PUPR sedang mengembangkan teknologi Corrugated Mortar Busa Pusjatan (CMP). Teknologi infrastruktur itu bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan karena memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan flyover menggunakan konstruksi konvensional.

"Jadi tidak dicoba di laboratorium, tapi dicoba langsung di lapangan dengan skala 1:1. Contohnya seperti CMP, kalau untuk pembuatan flyover simpang sebidang dengan kereta api, kita pakai ini tadi CMP," terangnya.

CMP merupakan pengembangan teknologi Corrugated Sheel Arch lebih murah dan ramah lingkungan daripada konstruksi konvensional. Keunggulan dari teknologi ini di antaranya dapat menghemat dana hingga 60-70% dan dapat menghemat waktu pengerjaan hingga 50% jika dibandingkan dengan konstruksi konvensional.

Selain itu juga ramah lingkungan karena menggunakan lebih sedikit material konstruksi terutama bahan alam. Teknologi CMP mengganti komponen batuan dengan busa sehingga bisa mengambang tetapi dipastikan tidak mengurangi kekuatan konstruksi.

"Bahan timbunannya dengan beton ringan yang bisa mengapung sehingga harganya menjadi lebih murah. Sekitar 35% kalau itu dengan beton. Dan pengerjaannya bisa jadi lebih cepat," lanjut Menteri PUPR.

Saat ini, teknologi tersebut telah diaplikasikan. Simpang Antapani Bandung menjadi persimpangan pertama yang berkesempatan menjajal keampuhan teknologi hasil Pusjatan itu. Hasilnya, penghematan anggaran mencapai Rp 2 miliar ketimbang pembangunan flyover konvensional.

"Sekarang kita coba di Simpang Antapani Bandung, dapat menghemat harganya Rp2 miliar. Namun, pemerintah kota menambah beatification-nya sendiri. Itu sudah bisa dibuktikan dan kita buktikan," terang Basuki.

Ia juga menyatakan bahwa teknologi CMP juga akan diterapkan untuk mengurangi kemacetan di Brexit (Brebes Exit).

"Itu akan kita pakai untuk mengatasi simpang-simpang sebidang dengan kereta api kawasan Brexit. Jadi di Klonengan yang ada lima simpang sebidang dengan kereta api. Ini sekarang kita rencanakan. Mudah-mudahan akhir bulan depan sudah bisa kita tetapkan nilainya. Sehingga sebelum mudik 2017, bisa kita manfaatkan," tegasnya.

Pertigaan Klonengan tersebut menghubungkan tiga jalur utama, yakni Brebes-Jakarta, Bumiayu-Purwokerto, dan Tegal-Slawi. Selain berada di ruas jalan nasional, pertigaan Klonengan juga berdekatan dengan perlintasan kereta api multitrek, baik jalur utara menuju Tegal-Semarang, maupun jalur selatan Jakarta-Yogyakarta.

"Bayangkan ya satu lintasan itu membutuhkan. Satu kali setop itu lima menit, padahal itu satu hari ada 72 lintasan kereta api. Kalau nanti musim mudik ada 90-an. Jadi, satu hari ada 460 menit. Itu sudah berapa jam berhenti yang menyebabkan kemacetan. Itu yang kita coba atasi dengan teknologi Corrugated Mortar Pusjatan," lanjutnya.

Selain CMP, Balitbang Kementerian PUPR masih punya banyak produk inovasi teknologi, di antaranya jembatan apung, inovasi geoteknik jalan, lalu lintas dan lingkungan jalan, serta pengerasan jalan.

"Ada teknologi jembatan apung, itu teknologi yang untuk kawasan-kawasan di daerah pantai. Sehingga kita tidak perlu dengan tiang pancang yang panjang dalam, tapi dengan apung. Ini yang kita coba di Semarang," tandas Basuki.

Saat ini, pemerintah sangat gencar melakukan pembangunan infrastruktur yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Balitbang Kementerian PUPR memang diarahkan untuk mampu menciptakan dan mengembangkan beragam inovasi yang dapat dirasakan oleh masyarakat.

"Balitbang ini saya arahkan untuk penelitian dan pengembangan, jadi bukan pure (murni) untuk penelitian tapi untuk penelitian aplikatif dengan Balitbang Kementrian PU," pungkas Basuki. (RO/OL-4)

Sumber : Media Indonesia

.