.

Kementerian PUPR Bangun dan Percantik Pos Lintas Batas Negara


Bagaimana jika pagar rumah tetangga lebih cantik? Terlebih, bagaimana jika rumput tetangga lebih hijau? Tentu yang timbul ialah rasa malu. Apalagi jika berbincang tentang negara. Rasa malu itu akan lebih besar. Indonesia berbatasan langsung dengan beberapa negara di antaranya Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pun membangun sembilan Pos Lintas Batas Negara (PLBN), tujuh di antaranya ditargetkan selesai pada akhir 2016. Pembangunan kawasan perbatasan termasuk pos lintas batas merupakan pelaksanaan Nawacita Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla untuk membangun Indonesia dari pinggiran.

Sembilan PLBN tersebut yaitu PLBN Motaain, Motamasin, Oepoli, dan Wini di Nusa Tenggara Timur (NTT). Kemudian PLBN Aruk di Kalimantan Barat, Nanga Badau, Entikong, serta PLBN Skouw dan Waris di Papua. Sebelumnya, sembilan PLBN tersebut sudah terbangun, tetapi dianggap tidak layak untuk menjadi pos lintas batas, sehingga dibangun PLBN baru oleh pemerintah.

"Kalau pembangunan PLBN, itu sekarang difokuskan pada tujuh lintas batas negara. Jadi di Aruk, Kalbar, Entikong Kalbar juga, kemudian ada di NTT Motaain dan Motamasin, kemudian Wini, itu juga di NTT. Kemudian di Skow Papua. Satu lagi di Kaltara," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam sebuah kesempatan di Jakarta, belum lama ini.

Bahkan saat ini, pembangunan PLBN di Motaain telah hampir selesai dan dimungkinkan dalam waktu tidak lama lagi dapat dioperasikan. Bangunan PLBN Motaain yang berbatasan langsung dengan Timor Leste tersebut mengadopsi arsitektur rumah adat masyarakat Belu. Sementara ornamen sun shading pada atap bangunan pemeriksaan kendaraan pribadi mengadaptasi corak tenun setempat.

PLBN Motaain meliputi zona inti yang terdiri atas gerbang tasbara dan pos jaga, Karantina Tumbuhan dan Hewan, pemeriksaan imigrasi, jembatan timbang. Kemudian pemeriksaan x-ray kendaraan, bea cukai, dan lambang negara Indonesia.

Dari sembilan PLBN, dua PLBN besar yaitu Entikong dan Motaain sudah mulai pembangunannya pada 2015, sementara lima PLBN dimulai pada 2016. Adapun dua PLBN lainnya yaitu PLBN Oupoli dan Waris baru masuk tahap pradesain.

Kawasan PLBN Terpadu Motaain di Kabupaten Belu, NTT berbatasan dengan Republik Demokratik Timor Leste. PLBN Motaain merupakan pos perbatasan yang paling ramai dilalui oleh pelintas batas. Di lintasan ini ada dua kecamatan yakni Kecamatan Tasifeto Timur dan Kalukuk Mesak. Di sana, ada 984 kepala keluarga yang merupakan orang Timor Leste dan sekarang menjadi warga negara Indonesia.

Sedangkan luas lahan secara keseluruhan yang akan dikembangkan mencapai 8,2 hektar dengan nilai konstruksi sebesar Rp 82 miliar.
Rencana pengembangan PLBN Motaain meliputi zona inti yang terdiri atas gerbang Tasbara dan pos jaga, karantina tumbuhan dan hewan, pemeriksaan imigrasi, jembatan timbang, pemeriksaan x-ray kendaraan, Bea Cukai, dan lambang negara Indonesia.

Sementara itu, pagu anggaran PLBN Motamasin sekitar Rp 145 miliar untuk pembangunan kawasan seluas 11,29 hektar. Lingkup kegiatan yang dibangun di PLBN Motamasin secara umum sama dengan di PLBN Motaain, hanya ditambahkan helipad untuk sarana transportasi udara. Sementara PLBN Wini dengan luas kawasan penanganan sekitar 4,42 hektar, dibiayai dengan anggaran sebesar Rp136 miliar.

Ada yang menarik untuk diperhatikan dari pembangunan PLBN Motaain dan Wini. Konsep bangunan pada PLBN Wini menggunakan material lokal batu merah sekaligus sebagai upaya menerapkan konstruksi hijau (green construction). Selain itu bentuk gubahan massa bangunan PLBN menggunakan bentuk Lopo, rumah tradisional khas Kabupaten Timor Tengah Utara, sedangkan bangunan PLBN Motaain mengadopsi bentukan atap rumah Matabesi yang merupakan rumah tradisional masyarakat Belu.

Jika soal pagar sudah ketemu jawabannya. Maka bagaimana dengan soal rumput tetangga yang lebih hijau? Tentu jawabannya bukan dengan pindah ke halaman tetangga, melainkan dengan memperhijau rumput di rumah sendiri namun jangan khawatir, Kementerian PUPR pun sudah punya senjata untuk itu.

"Tujuannya, pembangunan lintas batas ini tidak hanya mengelola pelintas batas, tapi kita menciptakan kegiatan ekonomi di perbatasan antardua negara itu. Saya kira sangat kita butuhkan seperti di Entikong. Kita ciptakan pusat-pusat kegiatan ekonomi. Jadi selain kita perbaharui pos lintas batasnya dalam rangka pengawasan, tapi juga kita ciptakan dan bangun pasar-pasar sehingga terjadi kegiatan ekonomi di kota-kota tersebut," tegas Basuki. (RO/OL-4)

Sumber : Media Indonesia

.